Mengapa Sindikat Penjual Ginjal Indonesia Memilih Kamboja sebagai Basis Transaksi

Berita, Kriminal261 Dilihat

Salah satu sindikat penjualan ginjal di Indonesia, yang beroperasi di Kamboja, diwakili oleh Hanim (41), menjelaskan alasan di balik pemilihan rumah sakit di Kamboja sebagai basis untuk menjual ginjal dari Indonesia.

Salah satu alasan utama adalah sistem administrasi rumah sakit di Kamboja yang sederhana dan tidak rumit. Proses operasi dan transplantasi dilakukan dengan perhatian terhadap para pendonor.

Bahkan setelah pendonor kembali ke Indonesia dan melanjutkan aktivitas normal, rumah sakit masih sering menghubungi mereka untuk menanyakan kabar dan kesehatan.

Hanim menyatakan bahwa rumah sakit yang digunakan berada di Kamboja adalah rumah sakit militer pemerintah. Sebagian besar personel rumah sakit, termasuk perawat, adalah tentara.

Menurutnya, pihak rumah sakit juga mengetahui tentang sindikat dan transaksi perdagangan ginjal ini, bahkan kemungkinan terlibat dalam transaksi tersebut.

Baca juga:
Tubuh Mahasiswa R yang Dimutilasi Tersebar di 5 Lokasi

Para pendonor yang terlibat berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. Mereka berkumpul di sebuah kontrakan di wilayah Cibinong sebelum berangkat ke Kamboja.

Setibanya di Kamboja, para pendonor harus menjalani serangkaian tes medis, termasuk pemeriksaan kesehatan dan pencocokan DNA dengan pasien penerima ginjal.

Pengobatan pasien, baik pendonor maupun penerima transplantasi, dilakukan oleh dokter yang kompeten.

Hanim menyebut beberapa dokter yang kemungkinan berasal dari China, termasuk seorang dokter yang dikenal sebagai Profesor Chen.

Sementara para penerima ginjal umumnya berasal dari Singapura, Korea, Malaysia, dan juga Indonesia.

Setelah operasi, para pendonor akan dirawat selama sekitar lima hari di ruang khusus di lantai empat rumah sakit.

Jika kondisinya dianggap membaik, mereka akan segera dipulangkan kembali ke Indonesia.

Menariknya, para pendonor tidak dikenai biaya apa pun selama proses ini. Semua biaya, termasuk tiket pesawat, akomodasi, makanan, pemeriksaan kesehatan, dan perawatan di rumah sakit ditanggung oleh sindikat.

Pada akhirnya, aparat kepolisian berhasil menangkap 12 orang terkait sindikat perdagangan ginjal Indonesia di Kamboja.

Dari jumlah tersebut, sembilan orang merupakan anggota sindikat dalam negeri, satu orang dari luar negeri, dan satu petugas imigrasi dengan inisial AH. Selain itu, juga terdapat satu anggota polisi dengan inisial Aipda M.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *