Dalam beberapa tahun terakhir, Sungai Serayu menghadapi masalah serius akibat pencemaran dan perubahan lahan yang mengkhawatirkan.
Endapan lumpur dan material lainnya telah mulai merusak lingkungan sungai yang membentang sepanjang Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, hingga Cilacap, di Jawa Tengah.
Komunitas sungai menegaskan perlunya tindakan tegas dari pemerintah dan pihak terkait untuk mengatasi kerusakan ekosistem sungai yang semakin parah.
Eddy Wahono, Ketua Forum Rembug Masyarakat Pengelolaan Sumber Daya Air Serayu Hilir, menyatakan bahwa langkah mendesak adalah mengatasi perubahan lahan di wilayah hulu Sungai Serayu, termasuk di Kabupaten Banjaregara dan Wonosobo.
Menurut Eddy, wilayah tangkapan air yang awalnya hutan kini telah berubah menjadi area pertanian musiman.
“Dampaknya semakin nyata, terutama dalam perubahan lahan di bagian hulu. Daerah hulu ini sangat penting sebagai sumber air utama,” ungkap Eddy beberapa waktu lalu.
Akibatnya, erosi dan sedimentasi semakin parah. Penumpukan sedimen di dekat Bendung PLTA Mrica telah memicu masalah baru, yaitu penurunan fungsi PLTA.
Baca juga:
Sumber Air Kering Sudah 2 Bulan di Dusun Wanarata Banyumas Dampak Kemarau Panjang
Untuk mengatasi ini, pengelola Bendung Mrica PT Indonesia Power telah melakukan pembuangan lumpur ke hilir Sungai Serayu, yang menyebabkan kematian ikan dan berbagai hewan lainnya.
Eddy mengemukakan perlunya menjaga wilayah hulu untuk melambatkan kerusakan ekosistem sungai. Selain itu, metode pembuangan lumpur di PLTA juga perlu dievaluasi.
Lebih baik jika lumpur atau sedimen dari Bendung PLTA Mrica diangkat ke darat untuk menghindari dampak besar di hilir.
Konsekuensi dari Pembuangan Lumpur
Dampak dari pembuangan lumpur ini juga memengaruhi sektor lainnya.
Sedimentasi dan pembuangan lumpur dari PLTA Indonesia Power di Bendung Mrica, Banjarnegara, juga menjadi perbincangan dalam diskusi mengenai pengelolaan sumber daya air wilayah sungai Serayu Bogowonto.
Diskusi tersebut diadakan oleh Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak Yogyakarta melalui Zoom meeting pada 27 Juni 2023.
Peserta Zoom termasuk perwakilan dari pemerintah pusat, BUMN, BUMD, dinas terkait di Provinsi Jawa Tengah, serta masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan sumber daya air.
Alamsyah Andriptoni dari PDAM Kesugihan Cilacap mengemukakan bahwa pembuangan lumpur tersebut mengharuskan pihaknya untuk lebih sering membersihkan saluran irigasi, sehingga biaya operasional meningkat.
Diskusi tersebut juga menghadirkan narasumber yang membahas rencana pengelolaan sumber daya air wilayah sungai Serayu Bogowonto.
Mereka menekankan pentingnya konservasi, pengendalian kerusakan air, sistem informasi, serta pemberdayaan stakeholder dalam pengelolaan sumber daya air.
Berita lainnya:
Isu MORO Purwokerto Bangkrut, Media Sosial Dibanjiri Kenangan
Perubahan lingkungan yang terjadi meliputi erosi, sedimentasi, dan banjir di sepanjang aliran sungai.
Rencana pembangunan bendungan Bener juga menjadi bagian dari strategi pengelolaan sumber daya air.
Perubahan ini membutuhkan upaya strategis dengan memperhatikan perubahan iklim dan dampak alih fungsi lahan.
Debit air dan kebutuhan air telah disesuaikan dengan kondisi eksisting, termasuk banjir di berbagai daerah aliran sungai.