Masyarakat Banyumas dan sekitarnya pasti mengenal dengan baik Moro Purwokerto, sebuah swalayan legendaris yang telah menjadi ikon di wilayah ini.
Namun, masa keemasannya seakan telah pudar di tengah persaingan sengit dengan toko modern dan tren belanja online yang marak.
Saat ini, rak-rak dan etalase di Moro Purwokerto tampak sepi, dan kasir-kasir yang biasanya ramai melayani transaksi sekarang terlihat sunyi.
Hanya sedikit pengunjung yang berkunjung, berharap menemukan diskon pada pakaian yang tersisa.
Salah satu pengunjung, Dimas, yang berasal dari Kedungbanteng, Banyumas, merasa sedih melihat Moro dalam kondisi seperti ini.
“Sejak saya kecil, Moro selalu ada. Dulu, jika saya berkunjung ke Purwokerto, saya pasti mampir ke Moro.
Ketika saya melihat di TikTok bahwa Moro sekarang sepi, saya datang ke sini untuk mencari pakaian,” katanya pada Sabtu (19/8/2023).
Melihat kondisi Moro yang sepi pengunjung, sekitar 250 karyawan Moro menghadiri pertemuan untuk mendapatkan klarifikasi tentang status mereka.
Bambang, Ketua SPSI Bamas Satrai Perkasa (Moro), menjelaskan bahwa mereka mengadakan sosialisasi tentang Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
“Kami mengumpulkan karyawan untuk memberikan penjelasan mengenai PKPU dan hak-hak mereka, terutama terkait pesangon dan hak lainnya,” ungkapnya.
Sementara itu, Wasis Sutoyo dari Tim SPSI menegaskan bahwa PHK sudah pasti akan terjadi, meskipun tanggal pastinya masih belum diketahui.
“PHK sudah pasti, tetapi kami belum tahu kapan tepatnya.
Sosialisasi ini dilakukan untuk memastikan hak-hak karyawan, termasuk pesangon dan penghargaan untuk masa kerja serta cuti,” jelasnya.
Suwardi, Mediator Hubungan Industrial Ahli Madya Dinaker Banyumas, mengatakan bahwa pihaknya telah lama memantau situasi ini.
“Karyawan telah menunggu kejelasan selama bertahun-tahun.
Kapan PHK akan dilakukan dan surat PHK akan diberikan, semuanya akan dijelaskan dengan jelas,” tambahnya.
Tetap Melayani Pengunjung
Meskipun kabar tentang kemungkinan penutupan swalayan legendaris Moro Purwokerto terus beredar, Moro masih berusaha untuk tetap beroperasi.
Swalayan ini dahulu menjadi pusat perbelanjaan utama bagi warga sekitar seperti Purbalingga, Banjarnegara, dan Cilacap.
Bahkan, bagi beberapa orang, berkunjung ke Purwokerto tanpa singgah di Moro dianggap belum lengkap.
Baca juga:
Beredar Isu MORO Purwokerto Bangkrut, Media Sosial Dibanjiri Kenangan Pengunjung
Tim kami melihat bahwa parkiran masih cukup ramai, dan lantai pertama swalayan ini terlihat kosong sebagian besar.
Namun, lantai dua menjadi sorotan karena digunakan untuk acara Banyumas Thrift Market yang berlangsung hingga Minggu (17/9/2023).
Wakil Ketua Panitia Banyumas Thrift Market, Dimas Ryandi.
Mengungkapkan bahwa kerja sama dengan Moro untuk menyelenggarakan acara tersebut sudah dimulai sejak tahun 2020.
“Kami telah bekerja sama dengan Moro sejak 2020, dan kami berfungsi sebagai komunitas sejak 2019.
Karena lantai dua Moro kosong, kami mengajukan thrift market yang ternyata mendapat banyak minat.
Event Banyumas Thrift Market tidak akan seperti sekarang tanpa dukungan dari Moro,” jelasnya.
Banyumas Thrift Market adalah acara rutin yang kini sudah mencapai Volume 7, diadakan setiap tiga bulan sekali.
Dimas menjelaskan bahwa awalnya mereka ragu untuk mengadakan acara di Moro karena kabar penutupan.
Tetapi manajemen Moro meyakinkan mereka bahwa swalayan ini akan tetap buka hingga akhir tahun, termasuk merayakan anniversary-nya.